Badai Matahari Mengancam Satelit? Ini Dampak yang Ditimbulkannya


Rekan88 - Langit malam yang dipenuhi bintang-bintang mungkin tampak tenang, tetapi di ketinggian ratusan kilometer di atas kepala kita, sebuah drama kosmik sedang berlangsung. Ribuan satelit yang mengorbit Bumi, pilar penting bagi komunikasi, navigasi, dan berbagai layanan modern, baru-baru ini mengalami guncangan hebat.

Gelombang energi dahsyat dari Matahari, dalam fase solar maksimumnya, telah memicu badai geomagnetik ekstrem yang memaksa ribuan satelit untuk melakukan "migrasi" massal.

Peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menimbulkan pertanyaan serius tentang keamanan satelit dan potensi dampaknya bagi kehidupan kita sehari-hari. Lantas, seberapa besar ancaman badai matahari terhadap satelit? Inilah dampak yang ditimbulkannya.

Saat ini, Matahari sedang berada dalam fase solar maksimum, yaitu periode ketika terjadi letusan matahari yang sangat intens dan semburan partikel bermuatan menuju Bumi. Fenomena ini memberikan dampak signifikan, terutama pada satelit yang berada di orbit rendah Bumi.

Tahun ini menurut laporan Gizmodo, dua badai geomagnetik besar yang dipicu oleh serangkaian letusan matahari telah menyebabkan pergeseran orbit ribuan satelit.

Peristiwa ini dianggap sebagai migrasi satelit terbesar dalam sejarah, menurut William Parker, seorang peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), dalam presentasinya di pertemuan tahunan American Geophysical Union, seperti tim Suara.com rangkum dari SpaceNews.

Apa Itu Badai Geomagnetik?



Badai geomagnetik terjadi ketika terjadi gangguan pada magnetosfer Bumi, lapisan medan magnet yang melindungi planet kita—akibat angin matahari. Pada Mei lalu, Bumi dihantam oleh badai geomagnetik tingkat G5 atau ekstrem. Badai ini dipicu oleh lontaran massa koronal (CME), yaitu pelepasan plasma dalam jumlah besar dari korona Matahari.

Badai G5 ini merupakan yang pertama kali menghantam Bumi dalam lebih dari dua dekade. Selain menyebabkan gangguan pada jaringan listrik, badai ini juga memicu fenomena aurora spektakuler yang terlihat di berbagai belahan dunia.

Namun, dampak lain yang tak kalah signifikan adalah meningkatnya kepadatan atmosfer di orbit rendah Bumi. Menurut Parker, kepadatan ini meningkat hingga satu orde besaran, yang berakibat pada peningkatan hambatan atmosfer terhadap satelit di orbit rendah.

Dampak Badai Geomagnetik pada Satelit




Konstelasi Starlink milik SpaceX, yang terdiri dari lebih dari 6.700 satelit di orbit rendah Bumi, menjadi salah satu sistem yang paling terdampak. Parker mengungkapkan bahwa SpaceX mengalami pergeseran posisi hingga 20 kilometer hanya dalam satu hari.

“Jika kita tidak yakin posisi satelit kita dalam jarak 20 kilometer, maka penghindaran tabrakan menjadi tidak mungkin,” jelas Parker.

Kesalahan posisi ini meningkatkan risiko tabrakan antar satelit, mengingat orbit rendah Bumi sudah cukup padat dengan banyaknya satelit aktif. Setelah badai reda, sebagian besar satelit harus melakukan manuver otomatis untuk kembali ke orbit semula, memperbaiki pergeseran yang terjadi akibat hambatan atmosfer.

Migrasi Satelit Massal Terbesar dalam Sejarah

Parker mencatat bahwa satu hari setelah badai geomagnetik G5, hampir 5.000 satelit, sebagian besar berasal dari konstelasi Starlink, melakukan manuver peningkatan orbit secara bersamaan.

“Ini adalah setengah dari semua satelit aktif di luar angkasa yang memutuskan untuk bermanuver pada waktu yang sama,” ujar Parker.

Fenomena ini menjadi migrasi massal satelit terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah. Meskipun manuver ini penting untuk menjaga kestabilan orbit satelit, pergerakan massal dalam waktu singkat justru membuat prediksi posisi satelit menjadi lebih sulit.

Hal ini meningkatkan risiko tabrakan, terutama di wilayah orbit rendah Bumi yang semakin padat.

Upaya Prediksi dan Mitigasi Badai Geomagnetik


Konstelasi Starlink milik SpaceX, yang terdiri dari lebih dari 6.700 satelit di orbit rendah Bumi, menjadi salah satu sistem yang paling terdampak. Parker mengungkapkan bahwa SpaceX mengalami pergeseran posisi hingga 20 kilometer hanya dalam satu hari.

“Jika kita tidak yakin posisi satelit kita dalam jarak 20 kilometer, maka penghindaran tabrakan menjadi tidak mungkin,” jelas Parker.

Kesalahan posisi ini meningkatkan risiko tabrakan antar satelit, mengingat orbit rendah Bumi sudah cukup padat dengan banyaknya satelit aktif. Setelah badai reda, sebagian besar satelit harus melakukan manuver otomatis untuk kembali ke orbit semula, memperbaiki pergeseran yang terjadi akibat hambatan atmosfer.

Migrasi Satelit Massal Terbesar dalam Sejarah

Parker mencatat bahwa satu hari setelah badai geomagnetik G5, hampir 5.000 satelit, sebagian besar berasal dari konstelasi Starlink, melakukan manuver peningkatan orbit secara bersamaan.

“Ini adalah setengah dari semua satelit aktif di luar angkasa yang memutuskan untuk bermanuver pada waktu yang sama,” ujar Parker.

Fenomena ini menjadi migrasi massal satelit terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah. Meskipun manuver ini penting untuk menjaga kestabilan orbit satelit, pergerakan massal dalam waktu singkat justru membuat prediksi posisi satelit menjadi lebih sulit.

Hal ini meningkatkan risiko tabrakan, terutama di wilayah orbit rendah Bumi yang semakin padat.

Upaya Prediksi dan Mitigasi Badai Geomagnetik

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama