NEWSONE.COM - JERUSALEM/CAIRO. Gaza kembali menjadi medan pertempuran setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran pada Selasa.
Militer Israel mengonfirmasi telah menyerang puluhan target di berbagai lokasi di Jalur Gaza, termasuk Gaza City, Deir al-Balah, Khan Younis, dan Rafah.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan lebih dari 100 korban jiwa dalam serangan tersebut, dengan banyak di antaranya merupakan anak-anak.
Latar Belakang Kegagalan Perpanjangan Gencatan Senjata
Serangan ini terjadi setelah upaya perpanjangan gencatan senjata yang dimulai sejak 19 Januari menemui jalan buntu. Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan dengan kembali melakukan agresi, sementara Israel menuding Hamas menolak untuk membebaskan 59 sandera yang masih ditahan di Gaza.
Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa "Israel akan bertindak dengan kekuatan militer yang semakin meningkat terhadap Hamas," setelah negosiasi yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar gagal mencapai kesepakatan.
Dukungan Amerika Serikat dalam Serangan Israel
Pihak Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Israel telah berkonsultasi dengan pemerintahan Presiden Donald Trump sebelum melancarkan serangan ini. Target utama serangan dilaporkan mencakup komandan Hamas tingkat menengah, infrastruktur militer kelompok tersebut, serta fasilitas-fasilitas yang diyakini digunakan untuk aktivitas militan.
Serangan Israel kali ini merupakan yang terbesar sejak gencatan senjata dimulai. Sebelumnya, serangan Israel terbatas pada serangan drone yang menargetkan individu atau kelompok kecil militan. Namun, serangan terbaru ini lebih luas dan merusak infrastruktur yang tersisa di Gaza, di mana ratusan ribu warga kini hidup di tempat-tempat penampungan darurat.
Posting Komentar