NEWSONE.COM - Kekhawatiran investor terhadap kebijakan tarif impor yang akan diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendorong aksi jual besar-besaran pada mata uang berisiko dan aset kripto, Jumat (28/2).
Dolar AS justru mendapat dukungan sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global.
Pada Kamis (27/2), Trump mengonfirmasi bahwa tarif impor 25% untuk produk dari Meksiko dan Kanada serta tambahan 10% untuk barang dari China akan berlaku mulai 4 Maret 2025.
Aksi jual di pasar aset berisiko semakin intensif, dengan Bitcoin anjlok lebih dari 5% ke level US$79.125,53, terendah sejak November 2024.
Ethereum (ETH) juga merosot 5% ke level US$2.099,37, titik terendah dalam lebih dari 13 bulan terakhir.
Kedua aset kripto tersebut berada di jalur penurunan bulanan terdalam sejak Juni 2022, setelah reli besar akhir tahun lalu yang dipicu optimisme terhadap kebijakan ekonomi Trump.
Kedua aset kripto tersebut berada di jalur penurunan bulanan terdalam sejak Juni 2022, setelah reli besar akhir tahun lalu yang dipicu optimisme terhadap kebijakan ekonomi Trump.
"Penurunan Bitcoin di bawah US$80.000 menunjukkan bahwa sentimen positif dari administrasi yang pro-kripto telah mereda," kata Joshua Chu, Co-Chair Hong Kong Web3 Association.
Dolar Australia (AUD) turun 0,4% ke $0,62105, level terendah dalam lebih dari tiga minggu.
Dolar Selandia Baru (NZD) melemah 0,5% ke $0,5599, menuju penurunan mingguan 1,9%.
Euro (EUR) berada di $1,0380, level terendah dua minggu, dan berpotensi mencatat penurunan mingguan 0,6%.
Dolar Kanada (CAD) melemah ke level terendah dalam tiga minggu di C$1,4452, dengan pelemahan mingguan 1,5%.
Sementara itu, Dolar AS (USD) terus menguat terhadap sekeranjang mata uang dunia. Indeks Dolar AS naik ke 107,42, memperpanjang lonjakan 0,8% pada Kamis.
"Pasar dikejutkan oleh ketidakpastian tarif. Jika tarif benar-benar diberlakukan pada April, dolar AS bisa tetap menguat," ujar Sim Moh Siong, analis valuta asing di Bank of Singapore.
Namun, di tengah penguatan ini, dolar AS masih dalam jalur penurunan bulanan lebih dari 1%, yang merupakan kinerja terburuk sejak Agustus 2024. Hal ini disebabkan meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih banyak di tahun ini akibat lemahnya data ekonomi AS.
Poundsterling (GBP) turun 0,17% ke $1,2580, namun masih mencatat penguatan bulanan 1,6%, terbaik dalam lima bulan terakhir.
Poundsterling didukung oleh ekspektasi bahwa Bank of England (BoE) akan lebih sedikit menurunkan suku bunga dibandingkan bank sentral lainnya.
Yen Jepang (JPY) melemah 0,1% ke 149,91 per dolar, namun masih naik 3,5% sepanjang Februari, kenaikan bulanan terbaik sejak Juli 2024.
Data menunjukkan inflasi inti di Tokyo tetap berada di atas target 2% Bank of Japan (BoJ), meningkatkan spekulasi bahwa BoJ akan kembali menaikkan suku bunga tahun ini.
Posting Komentar