Indonesia, sebut SBY, konsisten mulai dari era Bung Karno hingga Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong Palestina menjadi negara merdeka dan berdaulat.
"Kita juga aktif di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Aktif berdiplomasi di Timur Tengah. Aktif di Forum Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)," tutur SBY.
Dalam kesempatan yang sama, SBY menceritakan pengalamannya bertemu dengan pemimpin Palestina, yakni Presiden Mahmoud Abbas dan mendiang Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, semasa dia menjabat sebagai presiden. Tatap muka ini bertujuan mendorong rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas.
"Saya mencoba bagaimana kedua belah pihak, Fatah dan Hamas, itu segera duduk bersama sepakat untuk menyelesaikan konflik dengan bagus. Itu pernah Indonesia lakukan," ujarnya.
Selain diplomasi, SBY menggarisbawahi Indonesia juga memberikan bantuan nyata. Salah satunya, melalui pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza pada tahun 2011.
"Meskipun kemarin jadi porak-poranda gara-gara perang yang luar biasa ... Artinya, Indonesia sudah cukup maksimal melaksanakan diplomasinya," kata SBY.
SBY juga menyoroti tragedi kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza, yang menurutnya telah melampaui batas-batas kemanusiaan. Untuk itu, dia menyerukan agar dunia internasional tidak tinggal diam.
"Apa kita biarkan? Apa adil? Apa manusiawi? Ada tragedi yang begitu sulitlah untuk digambarkan terus kita kurang melakukan sesuatu to end the human tragedy di Gaza itu. Jadi, menurut saya, teruslah tidak pernah padam, tidak pernah berhenti, kita berdiplomasi dan do real things untuk kebaikan yang bisa dilakukan Indonesia. Meskipun, Indonesia tentu tidak bisa melakukan semua hal, kita punya batas kemampuan juga. Tapi, kalau kita mendorong Timur Tengah, mendorong dunia, mendorong negara-negara seperti Amerika, Rusia, dan Iran akan lebih bagus. Jadi, itu menurut saya masih open chapter, tetapi never give up untuk do something yang paling bagus untuk Palestina," imbuhnya.
Posting Komentar